14 Juni 2013

Cinta Singkat (Orang Ketiga)

Semua ini memang salahku, aku terlalu berharap suatu saat nanti aku akan menjadi satu-satunya yang kamu miliki, berkhayal  semua akan berubah seperti  yang ku inginkan, menjadi  juara 1 dari permainan kisah cinta ini. Hingga aku menghalalkan seribu alasan untuk menerima cintamu.

Aku terlalu sering memergokimu saat kamu diam-diam menatapku dari kejauhan, setiap aku melihatmu dengan tatapan itu kamu buru-buru memalingkan mukamu dan lalu pura-pura tak melakukan hal itu, Pernah aku mengira tatapanmu hanyalah sebuah kebetulan, tapi aku merasa ada yang berbeda dari caramu menatapku, hingga aku yakin ini bukan sebuah kebetulan. aku seperti terhipnotis dengan tatapan-tatapan yang terlalu sering kamu lakukan, hingga menumbuhkan perasaan dihatiku.

Masih tersimpan dalam memorri otakku saat pertama kali kita memulai pembicaraan berdua, saat itu tepat didepan gerbang kampus, kamu dengan kemeja kotak-kotak warna hitam garis coklat, celana jeans, tas ranselmu yang biasa kau kenakan dan sepatu catmu, tiba-tiba kamu menyapaku.
-Mau masuk kelas ya??
-Iya, kamu jugakan??
-Iya, aku boleh minta nomer ponselmu??
-Buat apa??
-Sekedar ingin menyimpannya, untuk bertanya tugas, aku lihat kamu termasuk cewek yang rajin dikelas.

Seketika itu kamu membuat dadaku bergetar kencang, tatapan yang terlalu dekat, dan aku semakin yakin dengan apa yang aku kira saat ini, sejak itu kita mendadak menjadi akrab ketika smsan maupun saat kita berbicara diponsel, selalu ada topik untuk dibahas. Namun didepan mereka kita seolah tak mempunyai hubungan apapun, terlihat seperti tak ada perasaan apa-apa diantara kita, seolah-olah kita hanya teman biasa. Aku mulai nyaman dengan adanya kamu.

Aku masih ingat sekali saat kamu mengatakan bahwa kamu mencintaiku bahkan lebih dari kamu mencintai kekasihmu, Kamu juga bilang tak akan pernah meninggalkan kekasihmu tetapi disisi lain kamu juga tak mungkin untuk melepaskanku. entah setan mana yang telah menguasai otakku saat itu, sehingga aku tak menghiraukan statusmu, kita mulai menikmati sandiwara  kita, seringkali kita bertemu dengan cara diam-diam. Aku tahu semua yang telah kita lakukan ini salah, bahkan sangat salah.

Meski aku bukan yang kamu utamakan, aku tetap sabar, dan selalu berharap dengan kesabaran, suatu saat statusku bukan yang utama akan berubah menjadi yang utama, tapi disisi lain aku juga merasa tersiksa dengan semua ini, Lalu sampai kapan kita harus bermain kucing-kucingan seperti ini?? Sampai kapan aku harus menahan rasa cemburu ketika kamu bersamanya?? Aku benci dengan semua ini.

Aku sangat mencintaimu, aku suka semua topik-topik pembicaraan yang kita bahas, aku sangat menyukai caramu mengenggam tanganku dan meyakinkan hati ini bahwa semuanya akan baik-baik saja, aku begitu menggilaimu hingga aku sendiri tak bisa membedakan mana bahagia dan mana rasa sakit, terlalu sering aku menangis. Tapi ini bukan salahmu, ini salahku, aku yang menciptakan sendiri rasa sakitku ini. Aku terlalu menyayangimu. Sering kali aku cemburu, dan yang lebih menyakitkan lagi ketika aku harus pura-pura ikut bahagia melihat kalian bermesraan didepanku.
Aku tak pernah membayangkan bagaimana perasaannya kalau seandainya dia tahu kemesraan yang kamu berikan kepadanya juga kamu berikan kepadaku.

Tuhan mempertemukan kita disaat yang tidak tepat, tapi aku yakin untuk selanjutnya skenario Tuhan jauh lebih indah, Sayang.. biarkan aku mengakhiri semua ini, aku tak bisa terus-terusan membohongi kekasihmu dengan kecurangan yang telah kita perbuat, dia yang pantas mendapatkan cintamu seutuhnya, dia yang terlebih dahulu mencintaimu, kita tak mungkin terus-terusan bersembunyi, dia sungguh mencintaimu hingga dia tak pernah peduli dengan sikapmu yang berubah sejak kamu mengenalku, dia tetap mempertahankanmu walaupun kamu tak lagi seperti yang dulu.

Aku menghela nafas panjang, Kenapa perpisahan ini terasa begitu menyakitkan?? Aku harap kamu akan bahagia meski bukan aku yang menciptakan kebahagiaan itu..
Cintailah dia seperti saat pertama kalinya kamu membuat dia yakin akan keseriusanmu. dengan ketidaksiapanku aku tetap harus melepasmu, aku harus mengakhiri sandiwara yang telah kita buat, percayalah ini untuk kebaikanmu dan kebaikanku. Ini demi bahagiamu.

Aku ingin berlari dan melupakan semua tentang kita dari hidupku, tapi kukatakan juga untuk yang kesekian kalinya, aku berserah dan kuakui aku tak bisa tanpamu, aku ingin merajut bahagia meski semu adanya, biarkan aku meyakini bahwa kamu dan aku pasti akan bahagia dengan cara dan jalan kita masing-masing. Kelak semua ini akan jadi cerita yang tertutup rapat, CUKUP.. hanya aku dan kamu yang tahu, aku banyak belajar dari semua ini, semua ini terasa indah meski hanya singkat. dan untuk melupakan semua ini hanya butuh proses, mari MENGIKHLASKAN!!